Thursday, August 09, 2007

Waroeng Steak, Diversifikasi Protein Hewani Bagi Mahasiswa Jogja


Tahun-tahun awal hidup di Jogja, saya nyaris tak pernah makan daging sapi. Seperti kebanyakan pelajar lainnya yang sedang numpang menuntut ilmu di Kota Gudeg, kebutuhan protein hewani kami terpenuhi melalui suplai ayam dan lele yang berlimpah dan super ekonomis. Hidangan daging sapi dipastikan tidak akan ditemukan di warung-warung makan mahasiswa. Kalau mau, ya beli rendang di Warung Padang. Sekali-sekalinya mencicipi daging adalah ketika seorang teman mentraktir makan steak di sebuah restoran yang membuat saya bersyukur karena tak harus bayar sendiri.


Tapi sekitar tahun kedua menjadi anak kampus, berhembus gosip santer soal tempat makan steak daging sapi yang murah dan nggak bakal mengagetkan mahasiswa. Untuk membuktikan isu nyam-nyam tersebut, saya bergabung dalam tim pencari fakta dan menyambangi tempat makan baru yang namanya Waroeng Steak itu. Di sana kami menemukan, atau tepatnya tidak menemukan . . . tempat parkir. Motor-motor berplat aneka rupa perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia luber sampai ke jalan-jalan! Setelah main selip dibantu tukang parkir, kami masuk dan lagi-lagi tak menemukan tempat parkir, kali ini untuk badan. Urusan tempat makan jelas tidak bisa diselesaikan dengan solusi main selip seperti di parkiran. Setelah menunggu sejenak akhirnya kami berhasil mengklaim posisi dan membuka daftar menu.

Ya ampun, ternyata gosip soal harga yang nggak bakal mengagetkan itu bohong besar! Siapa coba yang nggak kaget kalo melihat satu porsi sirloin steak cuma dibandrol 4.500 perak! Bahkan mahasiswa paling pelit dan penuh perhitungan pun dijamin tersurprise-surprise melihat kenyataan itu.

Itu memang cuma kenangan manis beberapa tahun lalu. Sekarang mungkin cuma minum yang bisa didapat dengan duit segitu. Tapi meskipun untuk saat ini harga steak khas Waroeng telah bercokol di kisaran 7000 perak ke atas (yang untuk mahasiswa Jogja masuk kelas agak mahal), ternyata Waroeng Steak masih menyimpan masalah yang sama : susah cari kursi, terutama di waktu makan siang dan makan malam! Untuk mencegah pertarungan berdarah memperebutan kursi, terkadang pengunjung malah harus mengambil nomor antrian terlebih dulu.

Biasanya masyarakat Jogja itu sensitif sekali masalah harga lho, mahal dikit . . . mending nggak usah. Tapi nampaknya Waroeng Steak sudah berhasil menjebak dan membuat kecanduan ribuan warga Jogja sehingga situasi yang penuh sesak tetap dapat bertahan meskipun harga bertambah. Kalau menurut saya sih rahasianya terletak pada steaknya yang khas dan orisinil.

Saya biasanya pesan steak porsi dobel (sirloin) atau kalau lagi ingin variasi, pesan menu Steak Waroeng yang merupakan perpaduan daging sapi, ayam dan udang dalam satu hot plate. Asal tahu saja, steak khas Waroeng memang tidak mirip dengan steak pada umumnya. Pertama ketemu steak sebesar telapak tangan yang lebih mirip daging goreng balut tepung ini (dahulu kala, bersama tim pencari fakta), saya langsung memendam prasangka buruk, "Ini pasti cuma daging-dagingan ditutup-tutupin sama tepung biar keliatan gede . . . pantes murah!". Tapi pikiran negatif itu tak bertahan lama setelah potongan pertama masuk ke dalam mulut.

Dagingnya asli dan empuk! Selimut tepungnya pun ternyata bukan sekedar akal-akalan untuk menekan harga agar tetap ekonomis. Lapisan tepung yang renyah ini berpadu dengan brown sauce dari kaldu daging yang kental dan gurih menciptakan paduan sensasional tersendiri yang membuat dagingnya jadi lebih nikmat ketika disantap. Selain steak yang diaransemen ulang ini, steak versi beneran dari Waroeng juga ada, berupa daging sapi goreng disiram brown sauce yang nyam-nyam itu. Black pepper-nya pun cukup berhasil memunculkan sensasi rasa panas yang nikmat. Diakhiri dengan segelas es jeruk yang amat menyegarkan, santapan kali itu . . . lezat!

Tak heran, pengunjungnya selalu berjubel. Bahkan Waroeng Steak hingga sering kehabisan stock daging. Selain daging sapi, Waroeng Steak juga menawarkan pilihan daging lain mulai dari ayam sampai cumi dan udang dari kelas seafood. Jadi, jangan takut mencoba versi manapun yang Anda suka. Rasanya yang orisinil bisa membuat Anda ketagihan.

Waroeng Steak yang asli Jogja ini memang sakti mandraguna! Sampai sekarang sudah ada 30 cabangnya yang tersebar di kota-kota besar Jawa dan Sumatera. Di Jogja sendiri ada lima cabang. Luar Biasa!


Waroeng Steak, Steaknya Orang Jogja

Mau makan enak tapi murah? Kota Pelajar Jogja adalah sarangnya. Salah satu favorit kaum muda Jogja yang dinamis dan kreatif adalah resto dengan steak istimewa sebagai menu andalan, Waroeng Steak. Bila mendengar kata 'steak', pikiran sebagian kita segera melayang ke restoran mewah dengan tarif per porsinya yang tidak manusiawi bagi kalangan muda. Namun Waroeng Steak, pelopor steak nikmat khas Jogja, terbukti berhasil menepiskan citra steak sebagai makanan mewah yang tak terjangkau. Di Waroeng Steak, semua orang bisa menyantap steak nikmat dengan harga yang ekonomis dan bersahabat.

Resto unik yang baru beberapa tahun lahir ini telah memiliki lima cabang di DIY. Waroeng steak buka dari pukul 12.00 hingga 22.00 setiap harinya (Jumat buka pukul 13.00). Penataan interiornya sederhana namun tetap mengedepankan atmosfer yang trendy dan nyaman bagi kaum muda. Waroeng Steak menawarkan berbagai pilihan hidangan steak istimewa dari daging sapi, ayam, ikan dan udang, dan juga aneka minuman seperti milkshake dan juice buah-buahan.

Yang menjadi favorit para pengunjung adalah steak khas Waroeng yang merupakan hasil kreasi unik yang sangat sesuai dengan selera kaum muda. Bila ingin merasakan semuanya, paling cocok jika Anda memesan menu Waroeng Steak, yang merupakan perpaduan dari daging ayam, udang dan sapi. Daging pilihan tersebut digoreng dengan balutan tepung yang renyah yang tidak akan Anda temui di tempat lain. Selain dagingnya yang super lezat, steak khas Waroeng selalu disajikan dalam hot plate dengan disiram Brown Sauce, saus coklat kental dari kaldu daging nan gurih dengan keharuman rempah-rempah yang sangat menggoda.

Selain steak khas Waroeng yang berbalut tepung tadi, Anda juga bisa menikmati steak daging tanpa tepung yang tak kalah enaknya. Dagingnya yang terpilih dengan paduan Brown Sauce yang istimewa membuat pengalaman makan steak di Waroeng menjadi tak terlupakan dan adiktif.

Selain lima cabang di DIY, Waroeng Steak juga mempunyai banyak cabang di berbagai daerah Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Solo, Purwokerto, Malang, Semarang, Pekanbaru, bahkan Medan. Seperti di Jogja, Waroeng Steak di berbagai daerah Indonesia itu juga segera merebut perhatian masyarakat. Rupanya cita-cita Waroeng Steak untuk memasyarakatkan steak enak tanpa perlu keluar biaya berlebih didukung penuh oleh masyarakat Indonesia. (ang)

Cabang - cabnag Waroeng Steak di DIY:
- Jl. Cendrawasih 30, Demangan
- Jl. Colombo 22, Samirono
- Jl. Taman Siswa 83
- Jl. HOS Cokroaminoto 49
- Jl. Kaliurang Km 5,5 no. 53

Artikel ini saya dapat di http://trulyjogja.com/



0 Comments:

 

© 2007 Seorang Belia yang mencari sebuah Pengakuan: Waroeng Steak, Diversifikasi Protein Hewani Bagi Mahasiswa Jogja | Design by Rohman abdul manap | Template by : Template Unik